PARADIGMA PENDIDIKAN DALAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
Oleh : Rasman Bin Saridin
PENDAHULUAN
Konsep pendidikan dalam Islam adalah merupakan satu proses ‘long life education’ atau dalam bahasa Hadits Nabi saw “sejak dari buaian sampai ke liang lahat” (from the cradle to the grave). Namun terdapat berbagai diversifikasi pemikiran untuk mendefinasikan tentang konsep pendidikan Islam yang sangat di perlukan sebagai menjadi petunjuk arah untuk seluruh masyarakat Islam di dunia ini.
Ahmed (1990) mendefinisikan pendidikan adalah sebagai:- “suatu usaha yang dilakukan individu-individu dan masyarakat untuk mentransmisikan nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan dan bentuk-bentuk ideal kehidupan mereka kepada generasi muda untuk membantu mereka dalam meneruskan aktifitas kehidupan secara efektif dan berhasil.”
Khan (1986) pula mendefinisikan maksud dan tujuan pendidikan Islam sebagai berikut:
a. Memberikan pengajaran Al-Qur’an sebagai langkah pertama pendidikan.
b. Menanamkan pengertian-pengertian berdasarkan pada ajaran-ajaran fundamental Islam yang terwujud dalam Al-Qur’an dan Sunnah dan bahwa ajaran-ajaran ini bersifat abadi.
c. Memberikan pengertian-pengertian dalam bentuk pengetahuan dan skill dengan pemahaman yang jelas bahwa hal-hal tersebut dapat berubah sesuai dengan perubahan-perubahan dalam masyarakat.
d. Menanamkan pemahaman bahwa ilmu pengetahuan tanpa basis Iman dan Islam adalah pendidikan yang tidak utuh dan pincang.
e. Menciptakan generasi muda yang memiliki kekuatan baik dalam keimanan maupun dalam ilmu pengetahuan.
f. Mengembangkan manusia Islami yang berkualiti tinggi yang diakui secara universal.
Pendekatan pendidikan Islam yang diajukan oleh kedua pakar pendidikan di atas tersimpul dalam First World Conference on Muslim Education yang diadakan di Makah pada tahun 1977. Kesimpulan yang diambil adalah bahawa “tujuan daripada pendidikan (Islam) adalah menciptakan ‘manusia yang baik dan bertakwa ‘yang menyembah Allah dalam arti yang sebenarnya, yang membangun struktur pribadinya sesuai dengan syariah Islam serta melaksanakan segenap aktifitas kesehariannya sebagai wujud ketundukannya pada Tuhan.”
Juga pada perhimpunan itu tercetusnya satu pandangan tentang meng-islamisasi-kan ilmu pengetahuan untuk mencapai matlamat yang lebeh tinggi. Di jelaskan bahwa “Islamization does not mean subordination of any body of knowledge to dogmatic principles or arbitrary objectives, but liberation from such shackles. Islam regards all knowledge as critical; i.e., as universal, necessary and rational. It wants to see every claims pass through the tests of internal coherence correspondence with reality, and enhancement of human life and morality. Consequently, the Islamized discipline which we hope to reach in the future will turn a new page in the history of the human spirit, and bring it clear to the truth.”
Oleh karena itu jelaslah bahwa yang dimaksud dengan pendidikan Islam di sini bukanlah dalam arti pendidikan ilmu-ilmu agama Islam semata-mata akan tetapi yang dimaksud dengan pendidikan Islam di sini adalah untuk menanamkan nilai-nilai fundamental Islam kepada setiap Muslim yang merdeka dan terlepas dari disiplin ilmu apa pun juga yang akan dikaji.
SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM
Dalam sejarah peradaban Islam, keberkesanan pendidikan benar-benar dapat dilaksanakan pada masa-masa kejayaan Islam. Hal ini dapat di saksikan, di mana pendidikan benar-benar mampu membentuk peradaban sehingga peradaban Islam menjadi peradaban yang maju dan yang mewarnai sepanjang Jazirah Arab, Asia Barat hingga Eropa Timur.
Kemajuan peradaban dan kebudayaan Islam sepanjang abad pertengahan ini, tidak dapat dilepaskan dari adanya sistem dan paradigma pendidikan yang dilaksanakan pada masa tersebut. Kesadaran akan urgensi ilmu pengetahuan dan pendidikan di kalangan umat Islam ini tidak muncul secara spontan dan mendadak. Namun kesadaran ini adalah merupakan efek dari sebuah proses panjang yang dimulai pada masa awal Islam (masa ke-Rasul-an Nabi Muhammad saw).
Pada masa itu Nabi Muhammad saw senantiasa menanamkan kesadaran pada para sahabat dan pengikutnya akan urgensi dan kepentingan ilmu dan selalu mendorong umat untuk senantiasa mencari ilmu. Hal ini dapat di buktikan dengan adanya banyak hadis yang menjelaskan tentang urgensi dan keutamaan (hikmah) ilmu dan orang yang memiliki pengetahuan. Bahkan dalam sebuah riwayat yang sangat termashur disebutkan bahwa Nabi Muhammad saw bersabda bahawa menuntut ilmu merupakan sesuatu yang diwajibkan bagi umat Islam, baik lelaki mahu pun wanita.
Setelah ke-wafat-an Nabi Muhammad saw, para sahabat dan umat Islam secara umum tetap melanjutkan misi ini dengan menanamkan kesadaran akan urgensi ilmu pengetahuan kepada generasi-generasi sesudahnya. Kesadaran ini menjadi sesuatu yang mendarah daging di kalangan umat Islam dan mencapai puncaknya pada abad XI sampai awal abad XIII M.
Namun demikian, semangat mencari ilmu dan budaya berfikir mengalami kemunduran terutama setelah kejatuhan Bagdad pada tahun 1258M. Pendidikan dalam dunia Islam mengalami kemunduran dan ke-jumud-an sehingga tidak lagi mampu menjadi sebuah 'sarana pendewasaan' umat. Dalam erti kata lain, pendidikan menjadi tidak lebih dari sekedar sarana untuk mempertahankan dan melestarikan nilai-nilai 'lama' (tradisional) dari ancaman 'serangan' gagasan Barat yang dicurigai akan meruntuhkan tradisi dan nilai-nilai moral Islam. Pendidikan tidak lagi mampu menjadi sebuah proses intelektualisasi yang dapat me-rekonstruksi paradigma peserta didik melalui interpretasi secara berterusan dengan berbagai disiplin ilmu sesuai perkembangan zaman.
Akibatnya, pendidikan Islam melakukan proses menyendiri (isolation) sehingga pendidikan Islam akhirnya ter-marginalisasi dan kaku terhadap perkembangan ilmu pengetahuan maupun tehnologi. Melihat fenomena di atas, sudah seharusnya ada upaya untuk mengusahakan dan menemukan kembali semangat keghairahan pendidikan Islam. Hal ini merupakan salah satu daya usaha untuk mengangkat kembali martabat dunia ke-pendidikan Islam sehingga ianya kembali dan mampu survive di tengah-tengah masyarakat dunia. Dengan itu, untuk adanya sebuah paradigma pendidikan yang memberdayakan peserta didik merupakan satu kemestian.
FALSAFAH PENDIDIKAN ISLAM
PENDIDIKAN, sama ada dalam masyarakat Barat ataupun Islam, adalah bertujuan untuk menyebarkan pengalaman dan kebudayaan manusia daripada satu generasi kepada satu generasi yang lain. Perbezaannya, dalam pendidikan Islam, penyebaran pengalaman ini boleh dibahagikan kepada dua kategori.
Kategori Pertama : Pengalaman yang berasaskan nilai-nilai yang tetap dan tidak berubah yang terdapat dalam agama iaitu daripada Al-Quran dan As- Sunnah.
Kategori Kedua : Pengalaman berbentuk kemahiran serta teknikal yang keadaannya sentiasa berubah dari masa ke masa.
Matlamat pendidikan Islam ialah untuk mewujudkan perkembangan yang seimbang di dalam diri individu dengan nilai-nilai keislaman. Dalam pendidikan Islam, keadaan keseimbangan ini akan dapat menghasilkan seorang individu yang beriman, berilmu pengetahuan, berakhlaq tinggi dan beramal solih. Ini seterusnya akan menghasilkan satu masyarakat yang yang harmonis, saling hormat menghormati dan bekerjasama di antara satu dengan lain.
Namun, ada pendapat yang mengatakan bahawa pendidikan Islam hanya tertumpu kepada kerohanian saja. Pendapat seperti ini ternyata keliru kerana Islam tidak menghalang umatnya mempelajari disiplin-disiplin ilmu dan meneroka bidang-bidang pengetahuan yang lain. Malah keduanya sangat berguna dan saling kuat menguatkan diantara satu dengan lain.
Bagi Islam, seorang yang berilmu tetapi tidak mempunyai matlamat kerohanian, mungkin tidak dapat memberi banyak faedah kepada masyarakat. Pengetahuan yang terpisah daripada keimanan merupakan pengetahuan yang tidak complete atau menyeluruh dan ini mungkin boleh dikatakan sebagai satu jenis kejahilan yang baru.
Skop pendidikan Islam adalah sangat luas dan menyeluruh. Ia tidak hanya memberi perhatian kepada pembinaan otak saja atau menekankan aspek alam sekeliling dan rangsangan saja tetapi ia berusaha untuk membina individu manusia yang beriman, berakhlaq tinggi, berilmu pengetahuan dan beramal solih.
Ini menunjukkan skop pendidikan yang luas dan mencakupi perkara-perkara seperti pendidikan tauhid, pendidikan akal, pendidikan kesihatan, pendidikan akhlaq, pendidikan akidah, pendidikan emosi, pendidikan estetika dan juga pendidikan sosial. Dengan skop yang luas ini, pendidikan Islam mampu melahirkan seorang individu muslim yang menyeluruh dan seimbang untuk hidup bahagia di dunia dan di akhirat dan berbakti kepada keluarga, bangsa dan negara.
PENDIDIKAN, sama ada dalam masyarakat Barat ataupun Islam, adalah bertujuan untuk menyebarkan pengalaman dan kebudayaan manusia daripada satu generasi kepada satu generasi yang lain. Perbezaannya, dalam pendidikan Islam, penyebaran pengalaman ini boleh dibahagikan kepada dua kategori.
Kategori Pertama : Pengalaman yang berasaskan nilai-nilai yang tetap dan tidak berubah yang terdapat dalam agama iaitu daripada Al-Quran dan As- Sunnah.
Kategori Kedua : Pengalaman berbentuk kemahiran serta teknikal yang keadaannya sentiasa berubah dari masa ke masa.
Matlamat pendidikan Islam ialah untuk mewujudkan perkembangan yang seimbang di dalam diri individu dengan nilai-nilai keislaman. Dalam pendidikan Islam, keadaan keseimbangan ini akan dapat menghasilkan seorang individu yang beriman, berilmu pengetahuan, berakhlaq tinggi dan beramal solih. Ini seterusnya akan menghasilkan satu masyarakat yang yang harmonis, saling hormat menghormati dan bekerjasama di antara satu dengan lain.
Namun, ada pendapat yang mengatakan bahawa pendidikan Islam hanya tertumpu kepada kerohanian saja. Pendapat seperti ini ternyata keliru kerana Islam tidak menghalang umatnya mempelajari disiplin-disiplin ilmu dan meneroka bidang-bidang pengetahuan yang lain. Malah keduanya sangat berguna dan saling kuat menguatkan diantara satu dengan lain.
Bagi Islam, seorang yang berilmu tetapi tidak mempunyai matlamat kerohanian, mungkin tidak dapat memberi banyak faedah kepada masyarakat. Pengetahuan yang terpisah daripada keimanan merupakan pengetahuan yang tidak complete atau menyeluruh dan ini mungkin boleh dikatakan sebagai satu jenis kejahilan yang baru.
Skop pendidikan Islam adalah sangat luas dan menyeluruh. Ia tidak hanya memberi perhatian kepada pembinaan otak saja atau menekankan aspek alam sekeliling dan rangsangan saja tetapi ia berusaha untuk membina individu manusia yang beriman, berakhlaq tinggi, berilmu pengetahuan dan beramal solih.
Ini menunjukkan skop pendidikan yang luas dan mencakupi perkara-perkara seperti pendidikan tauhid, pendidikan akal, pendidikan kesihatan, pendidikan akhlaq, pendidikan akidah, pendidikan emosi, pendidikan estetika dan juga pendidikan sosial. Dengan skop yang luas ini, pendidikan Islam mampu melahirkan seorang individu muslim yang menyeluruh dan seimbang untuk hidup bahagia di dunia dan di akhirat dan berbakti kepada keluarga, bangsa dan negara.
KESIMPULAN
Oleh itu, dapatlah dikatakan bahawa pendidikan dalam Islam adalah merupakan sebuah rangkaian proses pemberdayaan manusia untuk menuju taklif (kedewasaan), baik secara akal, mental maupun moral, untuk menjalankan fungsi kemanusiaan sebagai seorang hamba (abd) dihadapan Khaliq-nya dan sebagai 'pemelihara' (khalifah) pada alam semesta. Fungsi utama pendidikan adalah untuk mempersiapkan generasi penerus dengan kemampuan (ability) dan keahlian (skill) yang diperlukan agar memiliki kemampuan dan kesiapan untuk terjun ke tengah masyarakat (society).
Menurut Khurshid Ahmad (1974), pendidikan menurut pandangan Islam mestilah dapat melahirkan manusia yang mempunyai pendirian serta keyakinan yang kukuh terhadap idealime Islam. Pendidikan harus membentuk dalam diri individu satu pendekatan Islamiyah supaya ia dapat mengukir jalan hidup di bawah prinsip sinar cahaya Islam.
Dengan ini, dapatlah dirumuskan bahawa matlamat pendidikan Islam adalah untuk:-
1. Melahirkan manusia yang bertakwa.
2. Melahirkan manusia yang ta’abbudi, iaitu manusia yang meletakkan seluruh hidupnya kepada mencari keredhaan Allah swt.
3. Melahirkan manusia yang bercita-cita tinggi dengan menjadikan prinsip al-falah sebagai tujuan hidup.
Sebuah sistem pendidikan yang berdasarkan kepada kesatuan akidah dan syariah sudah sewajarnya akan dapat mengimbangi antara tuntutan dunia dan akhirat.
Wallahu a’lam
Oleh itu, dapatlah dikatakan bahawa pendidikan dalam Islam adalah merupakan sebuah rangkaian proses pemberdayaan manusia untuk menuju taklif (kedewasaan), baik secara akal, mental maupun moral, untuk menjalankan fungsi kemanusiaan sebagai seorang hamba (abd) dihadapan Khaliq-nya dan sebagai 'pemelihara' (khalifah) pada alam semesta. Fungsi utama pendidikan adalah untuk mempersiapkan generasi penerus dengan kemampuan (ability) dan keahlian (skill) yang diperlukan agar memiliki kemampuan dan kesiapan untuk terjun ke tengah masyarakat (society).
Menurut Khurshid Ahmad (1974), pendidikan menurut pandangan Islam mestilah dapat melahirkan manusia yang mempunyai pendirian serta keyakinan yang kukuh terhadap idealime Islam. Pendidikan harus membentuk dalam diri individu satu pendekatan Islamiyah supaya ia dapat mengukir jalan hidup di bawah prinsip sinar cahaya Islam.
Dengan ini, dapatlah dirumuskan bahawa matlamat pendidikan Islam adalah untuk:-
1. Melahirkan manusia yang bertakwa.
2. Melahirkan manusia yang ta’abbudi, iaitu manusia yang meletakkan seluruh hidupnya kepada mencari keredhaan Allah swt.
3. Melahirkan manusia yang bercita-cita tinggi dengan menjadikan prinsip al-falah sebagai tujuan hidup.
Sebuah sistem pendidikan yang berdasarkan kepada kesatuan akidah dan syariah sudah sewajarnya akan dapat mengimbangi antara tuntutan dunia dan akhirat.
Wallahu a’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar